Bekerja dengan Meninggalkan Keluarga
Bekerja di luar negeri dengan meninggalkan anak, istri atau suami selama bertahun-tahun akan mengundang risiko tersendiri.
Bukan maksud untuk menggeneralisir, seseorang yang bekerja di luar negeri atau diperantuan
cukup lama, ketika pulang berakhir dengan masalah keluarga. Ini kenyataan yang bisa kita amati di kanan kiri kita.
Sebut saja Bang Toyib, setelah sekian lama tak pulang-pulang, dia terpikat dengan wanita lain diperantauan. Niat awalnya merantau, ingin membahagiakan keluarga, di tempat tinggal susah mencari pekerjaan,padahal kebutuhan ekonomi tak bisa ditunda-tunda. Namun ketika dia pulang, hasilnya terbalik seratus delapan puluh derajat. Rumah tangga diambang kehancuran.
Realitas Sebuah Kehidupan
Hidup berjauhan bagi pasangan suami isteri sangat rentan untuk menuai masalah. Baik yang merantau ataupun yang ditinggal. Terbiasa bercengkrama setiap saat. Saling berkasih sayang. Saling Curhat. Saling Bermesraan. Tiba-tiba berubah. Sosok yang bisa diajak bercanda hilang. Dalam satu atau dua bulan, mungkin masing-masing bisa menahan diri.
Namun bila sudah tahunan, perasaan kesepian pasti merayapi. Dalam kondisi demikian, datanglah sosok pengganti. Mau mendengarkan keluh kesah dan bersedia untuk membantu. Seiring waktu tanpa disadari terjalinlah ikatan bathin. Pergaulan semakin akrab. Dan akhirnya dahaga kasih sayang yang selama ini terpendam tertumpahkan pada sosok baru.
Akhirnya sesuatu yang tidak boleh terjadi maka terjadilah saat itu. Niat mulia yang digagang-gadang sebelumnya untuk membahagiakan keluarga dengan membawa sekarung dollar ataupun rupiah, hancurlah sudah berkeping-keping. Kutukan hidup mulai dirasakan. Masalah demi masalah bermunculan. Pilihan hidup ternyata salah. Kesempatan merubah nasib hidup malah jadi jebakan.
Bekerja dengan menjauh dari keluarga adalah sebuah kesempatan emas dari pada jadi pengangruan di rumah. Hanya saja bersamaan dengan kesempatan itu, risikopun turut mendompleng. Seandainya risiko itu bisa di atasi denganmulus maka memang kerja dngan meninggalkan keluarga sebuah pilihan yang tepat. Namun bagaimana bila sebaliknya? Apa yang kita idam-idamkanakan berserak tanpa kuasa kita merekatkanya lagi. Pikiran arif diperlukan untuk memutuskannya.
Tak Harus melulu keluar negeri untuk mendapatkan Rupiah
Sebenarnya Untuk memperbaiki ekonomi keluarga tidak harus bekerja merantau, berjauhan dengan keluarga, apalagi keluar negeri, yang kata
orang gajinya berlipat-lipat. Coba amati apa yang bisa dilakukan di lingkungan kita. Saya yakin bila kita jernih berpikir dan mau berusaha. Pasti ada jalan. Toh, sudah dijanjikan oleh yang maha pencipta setiap dari kita sudah ada rizkinya masing-masing.
Bila kita masih melajang. Problem keluarga sepertinya tak akan terjadi. Bilapun suka pada seserong. Tinggal meresmikannya di pelaminan. Namun bila kita sudah punya pasangan, alangkah baiknya didiskusikan secara matang, pertimbangan baik buruknya. Listkan mana baiknya mana yang buruknya. Nilai dengan mata hati. Mampukah kita bertaruh antara ketentraman rumah tangga dengan uang yang akan kita peroleh? Ingat uang bukan segala-galanya. Pikirkan dan pertimbangkan. Salah melangkah maka kiamat sughra akan tiba.
Diakhir tulisan ini, saya hanya sekedar mengajak untuk berpikir ulang untuk Anda yang punya kesempatan bekerja di luar negeri. Namun berpulang lagi pada pendirian masing-masing setiap dari anda. Anda adalah orang yang paling berhak atas kehidupan anda. Anda sendiri yang akan menjalaninya. Semoga Anda memutuskan pilihan yang tepat.